top of page
Search
  • Media Sari

Kisah Unik Dibalik Harumnya Kopi Tombo


Langit bergelayut awan gelap tatkala diriku menginjakkan kaki di tanah berbatu-batu. Deretan sepeda motor dan dua mobil membuat lahan parkir tersebut terasa sempit. Di sebelah kiri dari gerbang berdiri rumah joglo sederhana yang terbuat dari batu bata dan papan kayu. Terdapat sepasang muda mudi duduk di meja kayu di terasnya yang terbuat dari semen. Aroma kopi yang menyergap indra penciumanku saat melangkahkan kaki memasuki pintu bertuliskan 'Dimulai Dengan Kopi'. Dua orang barista terlihat sibuk meracik kopi pesanan tamu-tamu yang memenuhi ruangan bagian dalam. Melihatku ia tersenyum dan menyapa, "Mau pesan apa, kak?"



Alih-alih menjawabnya aku malah tersenyum dan balik bertanya tentang keunikan kedai kopi yang terletak di ketinggian 700 mdpl tersebut. Tersembunyi di antara rimbunnya pepohonan kopi yang tumbuh di sekitar kedai, Tombo Kopi menyajikan racikan manual brew dengan kopi hasil budidaya petani lokal. "Tombo Kopi itu dibikin nggak sengaja. Kami nggak niat bikin kedai kopi karena memang ini bukan milik perseorangan tapi komunitas ARC (Asaluz Realty Center). Awalnya 2012 kami memproses kopi hasil dari kebun warga di rumah, tapi dirasa kurang nyaman. Jadi awal 2016 kami bikin gubug ini untuk memproses kopi sekaligus menjadi tempat ngumpul orang-orang kampung atau untuk konkow anak-anak muda," papar Nurhudin, barista yang meracik kopi papua dengan metode v60 pesanan saya.



Tak lama kemudian, Recky, selaku barista yang mengelola kedai ini sejak pertama kali berdiri, bercerita bahwa dahulu para petani di Tombo memanen kopi saat buah masih hijau. Lalu menjualnya ke tengkulak dengan harga yang sangat murah. Kemudian Pak Waris, selaku sesepuh di desa itu menggembleng mereka supaya memberikan edukasi kepada para petani dengan membudidayakan kopi berkualitas bagus yang dipanen saat buah matang (petik merah) dan memprosesnya dengan berbagai macam cara. Hasilnya olahan kopi tersebut dipasarkan ke toko-toko di area Batang dan Pekalongan. Selain itu mereka juga diajarkan cara menyajikan kopi dengan berbagai macam metode manual brew sehingga membuat nilai jual kopi semakin meningkat. Upaya ini juga sebagai langkah memberdayakan potensi anak-anak muda usia produktif di Tombo.



Dengan promosi lewat media sosial dan getok tular, kedai yang terletak di Jalan Raya Puncak Km 5, Bandar, Kabupaten Batang ini mulai dilirik oleh tamu dari berbagai daerah. Terbukti saat saya datang ke sini tidak ada kursi kosong. Bahkan sampai di bangku dan gazebo yang terletak di ujung halaman, semua penuh dengan orang-orang yang bercengkerama. "Dulu banyak tetangga yang bilang, 'ngapain sih bikin beginian mendingan merantau lebih jelas duitnya'. Saya sempat down tapi sekarang hampir setiap hari kami mendapat teman baru dari berbagai daerah. Semua gara-gara kopi," sahut Recky sembari membuat latte art di cangkir berwarna biru.

Terbukti kan ketekunan dalam melakukan sesuatu dapat membuahkan hasil yang menggembirakan. Setuju?


*Terbit pertama kali di saliha.id


bottom of page